ISLAM


Islam Bukan Sekedar Agama


Islam adalah nama (ismun), nama bagi satu Ad –Dien,  seperti dalam firman Allah: “Warhoditu Lakumul Islaama Diina…”  artinya “ dan KU (Allah) ridhai bagimu Islam sebagai Dien…” (QS Al-Maidah ayat 3).

Al-Islam itu sendiri diambil dari bahasa arab yang memiliki arti: Aslama (tunduk / menyerah), Assalaam (menyelamatkan),  Assilmu (damai) dan assulaam (tangga). Dengan demikian maka Dinul Islam adalah Dien yang berporos pada kepasrahan hamba kepada Allah, yang dengan ketundukannya manusia akan menemukan ketentraman jiwa, ketinggian derajat dan keselamatan jiwa raga, dunia dan akhirat.

Karena Islam itu adalah Ad-Dien, maka sangat pentinglah kita mengetahui pengertian Ad-Dien itu sendiri, sehingga kita dapat dengan persis memahami apa itu Islam.
Ad-Dien dalam padanan bahasa Indonesia diartikan dengan istilah agama. Pengalihan dari terminology Ad-Dien kepada term “agama” tidaklah semuanya tepat. Sebab Agama (terutama) dalam pengertian yang berkembang dimasyarakat, adalah suatu tata aturan kepercayaan dan hubungan dengan Tuhan / Dewa, seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia.
Tentusaja sangat keliru dan mengandung potensi menyesatkan jika Ad-Dien diartikan hanya sebatas “Kepercayaan” dan hubungannya dengan Tuhan.  Mari kita periksa maksud Allah didalam Al-Qur’an.
Didalam Qur’an, term DIEN digunakan dalam beberapa penggunaan:
  1. Undang-Undang (hukum) Kerajaan, dalam QS Yusuf ayat 76, disebut “Dienil Maliki” yang artinya Undang-undang kerajaan. Lihat juga pengertian tersebut didalam QS An-Nur ayat 2, Asy-Syura ayat 13 , 24 .
  2. Kekuasaan, dalam QS Al-Waqi’ah ayat 86-87, disebut “Madieniin” yang artinya Kekuasaan.
  3. Ketaatan, dalam QS Albayyinah ayat 5, Ad-Dien diartikan Ketaatan.
  4. Pembalasan / sangsi, dalam QS Al-Fatihah ayat 4, Ad-Dien diartikan pembalasan atau sangsi.
Dari pengertian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dien adalah suatu sistem kehidupan yang didalamnya terdapat sistem hukum, sistem kekuasaan (pemerintahan) dan sistem ketaatan masyarakat (sistem kemasyarakatan), yang mana sistem hidup itu memiliki kekuatan untuk memaksa masyarakat yang ada didalamnya untuk taat karena jika tidak pasti akan mendapat sangsi.
Sistem kehidupan yang terdiri dari Sistem Hukum, Sistem Pemerintahan dan Sistem ketaatan itu, adalah sistem kekuasaan Allah SWT yang berlaku didalamnya Hukum-hukum Islam bagi masyarakatnya.

Al-Qur’an menjelaskan lebih visual tentang Dien ini, dengan kisah Fir’aun (QS Al-Mukmin ayat 26-29). Kerajaan Fir’aun , sebagai sistem pemerintahan dinegeri Mesir,  ketakutan akan gerakan Nabi Musa As, yang dikuatirkan akan membuat revolusi bagi “Dien” (sistem hidup) mereka dengan Dien yang dibawa oleh Nabi Musa. Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar DIEN-MU atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (QS Al-Mukmin ayat 26).
Apa yang dikuatirkan oleh Raja Fir’aun,  bukanlah isapan jempol. Sebab sebelumnya Nabi Musa memproklamirkan “Kerajaan”.

Tentu saja kerajaan yang didirikan Musa adalah kerajaan Islam. “(Musa berkata): “Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita! Fir’aun berkata: “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”. (QS Al-Mukmin ayat 29).

Berdasar QS Al-Mukmin ayat 26 dan 29, Fir’aun adalah Raja bagi kerajaan Mesir dan Qur’an menyebutnya ” Dien-nya Fir’aun”.  Nabi Musa adalah Raja bagi kerajaan Islam dan Qur’an menyebut sebagai “Dien” yang akan dimenangkan Musa diatas Dien-nya Fir’aun.
Disini nampaklah secara visual makna Dien yang dimaksud Al-Qur’an yaitu sistem hidup,  yang pada masa Nabi Musa di nampakan adanya dua sistem Hidup, yaitu Kerajaan Mesir yang dipimpin oleh Fir’aun, dan Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Nabi Musa.

Dan secara sunnatullah, sebagaimana yang terjadi pada zaman N. Musa AS, selalu terjadi pertempuran antara yang haq dan yang bathil. Oleh karena itu, maka Rasulullah dan para ummatnya diajak oleh Allah untuk memenangkan Dien yang haq (Islam) diatas Dien yang Bathil, lihat QS Al-fath ayat 28.

Sumber:
majalahamanu.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Sifat, Sikap dan Karakter

Makna dan Hakikat "Hidayah-Taufiq"

Bahasan Qolbu