MACAM-MACAM MAKHLUK ALLAH
MACAM-MACAM MAKHLUK ALLAH
Oleh : al-Ustadz KH. I. Shodikin*
Sudah kita maklumi bersama,
bahwa mahluk Allah itu bermacam-macam. Ada yang disebut Jamaadat,
nabatat, jinnat dan hayawanat. Diantara mahluk-mahluk Allah itu ada yang
memiliki keunggulan dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain.
1. Jamaadaat
Mahluk ini
disebut jamadaat karena mahluk ini tidak bisa hidup, bergerak, menetap
dalam satu tempat, karena lafadz jamadat diambil dari kata jamid yang
artinya diam, oleh karena itu mahluk ini bisa disebut juga benda mati.
Kenapa disebut mahluk Allah karena sama-sama diciptakan oleh Allah.
2. Nabatat
2. Nabatat
Mahluk ini
disebut nabatat, karena dia itu hidup akan tetapi tidak aktif, salah
satu ciri bahwa mahluk ini hidup, ia bisa tumbuh yang tadinya bibit
menjadi besar Cuma tidak bisa bergerak secara aktif saja, oleh karena
itu mahluk ini suka dikenal dengan ungkapan nabati.
3. Jinnat
3. Jinnat
Mahluk ini
disebut jinnat karena dia tidak bisa dilihat oleh panca indra, karena
lafadz jinnat pecahan dari kata jinnun yang memiliki arti terhalang atau
tertutup. Diantara mahluk yang termasuk kedalam kelompok ini ialah para
malaikat, iblis, dan jin, oleh karena itu kalau ada yang mengatakan
bisa melihat mahluk ini bohong besar, karena akan bertentangan dengan
du'a Nabi Sulaiman yang berbunyi :
وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لاَ يَنْبَغِيْ لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِيْ
Dan anugrahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku. (QS. Shaad : 35)
Dan hadits Nabi yang berbunyi :
Dan hadits Nabi yang berbunyi :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ: إِنَّ عِفْرِيتًا مِنْ الْجِنِّ
تَفَلَّتَ عَلَيَّ الْبَارِحَةَ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا لِيَقْطَعَ
عَلَيَّ الصَّلاَةَ فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ فَأَرَدْتُ أَنْ
أَرْبِطَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا
وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ
رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي قَالَ رَوْحٌ
فَرَدَّهُ خَاسِئًا
Dari
Abu Hurairah r.a dari Nabi saw bersabda : Sesungguhnya Ifrit itu
termasuk golongan jin, ia menggangguku dengan kalimat yang salah supaya
sholatku menjadi batal, jika Allah menghendaki aku bermaksud mengikatnya
pada salah satu tiang masjid sampai pagi sehingga kamu sekalian bisa
melihatnya, tapi aku ingat ucapan saudaraku Sulaiman yang berbunyi "Ya
Tuhanku anugrahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang
juapun sesudahku". Rouh berkata : Kemudian Nabi melepaskannya. (al-Bukhari, Fathul-Baari : 2/218)
Artinya kedua dalil ini menjadi
satu arahan tentang tidak mungkinnya seorang manusia bisa melihat jin
apalagi bisa mengendalikannya. Makanya wajar imam Syafi'I mengatakan :
مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يَرَى الْجِنَّ أَبْطَلْنَا شَهَادَتَهُ، إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ نَبِيًّا
Barang siapa yang berkata sesungguhnya pernah melihat jin kami menganggap batal syahadatnya, kecuali Nabi. (Manaqib asy-Syafi'i, Fathul-Baari : 6/497)
4. Hayawanat
4. Hayawanat
Mahluk ini
disebut hayawanat karena dia itu hidup bergerak secara aktif, yang
termasuk kedalam mahluk ini ialah binatang dan manusia.
Perbedaan binatang dan manusia
Binatang
1. Mahluk ini menempati ruang dan waktu, akan tetapi tidak mengenal ruang dan waktu. Sebagai cirinya belum pernah ditemukan kalau domba mau kencing mencari dulu kamar mandi dan belum pernah terdengar ada ungkapan sarapan pagi, makan siang dan makan malam, makanya bagi domba tidak mengenal dalam kandang dan di luar kandang salah satu cirinya dia kencing disitu makan disitu, dan bagi domba dia makan itu bukan karena ingin tapi karena lapar, oleh karena itu dia hidup itu hanya untuk mati.
2. Mahluk ini hanya mengandalkan fisik.
Manusia
1. Mahluk ini bukan hanya menempati ruang dan waktu, tapi mengenal juga ruang dan waktu.
Sebagai cirinya ketika dia mau mandi suka mencari tempat mandi, dan bagi manusia suka ada ungkapan sarapan pagi, makan pagi dan makan malam, bagi manusia ketika dia makan ternyata bukan karena lapar tapi karena ingin. Makanya bagi manusia dia hidup itu untuk hidup.
2. Mahluk ini ternyata tidak hanya sebatas pisik saja tetapi dia mengandalakan akalnya, makanya kalau hanya sebatas pisik saja dia akan kalah dengan bintang dan tidak bisa mempertahankan hidup. Oleh karena itu wajar kalau dalam al-Quran disebutkan
Binatang
1. Mahluk ini menempati ruang dan waktu, akan tetapi tidak mengenal ruang dan waktu. Sebagai cirinya belum pernah ditemukan kalau domba mau kencing mencari dulu kamar mandi dan belum pernah terdengar ada ungkapan sarapan pagi, makan siang dan makan malam, makanya bagi domba tidak mengenal dalam kandang dan di luar kandang salah satu cirinya dia kencing disitu makan disitu, dan bagi domba dia makan itu bukan karena ingin tapi karena lapar, oleh karena itu dia hidup itu hanya untuk mati.
2. Mahluk ini hanya mengandalkan fisik.
Manusia
1. Mahluk ini bukan hanya menempati ruang dan waktu, tapi mengenal juga ruang dan waktu.
Sebagai cirinya ketika dia mau mandi suka mencari tempat mandi, dan bagi manusia suka ada ungkapan sarapan pagi, makan pagi dan makan malam, bagi manusia ketika dia makan ternyata bukan karena lapar tapi karena ingin. Makanya bagi manusia dia hidup itu untuk hidup.
2. Mahluk ini ternyata tidak hanya sebatas pisik saja tetapi dia mengandalakan akalnya, makanya kalau hanya sebatas pisik saja dia akan kalah dengan bintang dan tidak bisa mempertahankan hidup. Oleh karena itu wajar kalau dalam al-Quran disebutkan
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ ءَادَمَ
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. (QS. al-Israa : 70)
Dengan akalnya manusia bisa
menciptakan alat yang bisa mengalahkan kekuatan gajah, dengan akalnya
manusia bisa menciptakan alat yang bisa mengalahkan kecepatan kuda,
dengan akalnya pula manusia bisa menciptakan alat yang bisa menandingi
terbangnya burung. Tapi akibat dari budidaya akal, manusia bisa
akal-akalan, seperti terjadinya penindasan/penjajahan yang dilakukan
kepada Negara kita pada waktu lalu, dikarnakan kita pada waktu itu belum
mempergunakan akal kita sebagaimana mestinya, kita mau saja
dibodoh-bodohi oleh penjajah, akan tetapi setelah kita mengfungsikan
akal kita sebagaimana mestinya kita sanggup mengusir penjajah dari bumi
pertiwi ini.
Akan tetapi benarkah saat ini
kita sudah bebas dari penajajah?, menerut hemat penulis sebetulnya kita
belum bebas, karena kita masih saja mau terpengaruh oleh orang lain
seperti halnya dalam budaya, etika, agama dsb. Perlu diketahui bahwa
penjajahan sekarang itu bukan penjajahan secara pisik saja tetapi
batinpun sekarang ikut dijajah, masih banyak orang yang tunduk patuh
terhadap hawa nafsunya, masih banyak orang yang tunduk patuh terhadap
bisikan Syaithan. Ternyata musuh kita kali ini ialah Syaithan-syaithan
baik yang berbentuk manusia ataupun yang tidak kelihatan. Perlu
diketahui juga bahwa diantara targetan Syaithan-syaithan yang berbentuk
manusia untuk menjajah kita yang dikenal dengan 3 “F” dan 3 “S” nya.
Film, fashion, food. Sex, sport dan song. Dengan 3 “F” dan 3 “S” inilah
banyak sekali dikalangan muda-mudi kita yang berkiblat ke barat.
Oleh karena itu apakah bagi
manusia hanya mengandalkan akalnya saja cukup? Tentu tidak, sebab akal
tanpa ada yang mendidiknya akan salah menempatkan. Oleh karenanya wajar
kalau seandainya Allah menjelaskan dalam al-Quran yang berbunyi :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (QS. al-Hujuraat : 13)
Dengan ungkapan ini
menunjukkan bahwa pada diri manusia bukan hanya wujud fisiknya saja akan
tetapi ada juga wujud ruhaninya. Oleh karena itu wajar kalau Allah
mengutus seorang Rasul untuk mendidik ruhani kita, sebab ruhani yang
terdidik oleh agama bisa mengendalikan akal kita fisik kita, makanya
wajar dalam sebuah hadits disebutkan :
لاَيَزْنِي الزَّانِيْ حِيْنَ يَزْنِيْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Seorang pezina tidak akan melakukan perzinahan selama keimanannya masih ada. (al-Bukhari, Fathul-Baari : 5/413)
Komentar
Posting Komentar