JENIS-JENIS JIN DAN MAKHLUK ALLAH S.W.T
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
JENIS-JENIS JIN DAN MAKHLUK ALLAH S.W.T
Dari beberapa ayat Alquran, para ulama memahami bahwa jin memiliki
kelompok-kelompok, bahkan masyarakat jin itu tidak ubahnya seperti
masyarakat manusia. Allah SWT berfirman yang ertinya, “Hai
jamaah/kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya,
melainkan dengan kekuatan.” (Ar-Rahman: 33).
Kata
jamaah/kelompok yang ditujukan kepada jin dan manusia menunjukkan bahawa
antara masing-masing jenis itu–manusia dan jin–terdapat ikatan yang
menyatukan anggota-anggotanya. Ini juga sejalan dengan petunjuk dalam
Alquran surah Al-A’raf: 38 yang menyifati, baik manusia maupun jin,
dengan kata umum (jamak: umat), yakni sekelompok makhluk yang memiliki
ikatan kerana adanya persamaan-persamaan tertentu.
Selanjutnya, banyak ulama menegaskan bahawa jin, sebagaimana semua
makhluk ciptaan Allah, terdiri dari dua jenis kelamin: laki-laki dan
perempuan. Hal ini sejalan dengan hakikat yang ditegaskan oleh Allah
antara lain dalam surah Yasin: 36, “Maha suci (Tuhan) yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka mahupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.” Disebutkan di dalam surah Al-Jin: 6, “Ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin ….”
Selain keterangan dari Alquran,
juga disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan melalui sahabat Anas
bin Malik .a. yang berkata bahawa Nabi saw. apa bila masuk ke tandas
membaca, “Ya Allah. Aku berlindung kepada-Mu dari gangguan jin laki-laki
dan jin perempuan.”
Kerana bangsa jin itu berjenis kelamin,
yaitu laki-laki dan perempuan, maka mereka pun berhubungan seks. Jumlah
jin juga sangat banyak, “Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka
Jahanam banyak dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah).” (Al-A’raf: 179).
Sahabat
Nabi saw., Abu Hurairah .a., menceritakan bahwa ia ditugaskan oleh
Rasulullah saw. menjaga zakat pada bulan Ramadan. Pada suatu malam ia
kedatangan seorang yang merangkak untuk mengambil makanan. Abu Hurairah
menangkapnya sambil berkata, “Demi Allah, engkau pasti kubawa kepada
Rasulullah saw.” Yang ditangkap itu berkata, “Aku perlu dan aku
mempunyai anak-anak (keluarga).” Maka, Abu Hurairah melepaskannya.
Peristiwa serupa terulang, dan pada malam ketiganya Abu Hurairah
berkeras membawanya kepada Rasulullah saw. Yang ditangkap itu mengimbau
sambil mengajarkan kepada Abu Hurairah agar membaca ayat Kursi sebelum
tidur supaya terpelihara dari gangguan syaitan. Keesokan harinya Nabi
saw. bertanya kepada Abu Hurairah apa yang dialaminya semalam, dan
setelah dijelaskannya, Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya ia telah
berucap benar kepadamu, walau sebenarnya dia pembohong. Tahukah engkau
siapa yang engkau ajak berbicara sejak tiga malam?” “Tidak!” (jawab Abu
Hurairah). Sabda Nabi saw., “Itulah syaitan.”
Dalam riwayat tersebut terlihat bahawa syaitan mempunyai anak dan keluarga dan bahwa dia memerlukan pula makanan.
Jin dapat Terlibat dalam Hubungan Seks antara Suami dan Isteri dari Golongan Manusia
jin dapat terlibat dan ikut berhubungan seks dengan isteri-isteri
manusia serta anak-anak mereka. Hal ini dapat dipahami dari penggalan
sebuah ayat yang berbunyi, “… berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak, ….”
Oleh kerana itu, Nabi saw. mengajar pasangan
suami isteri agar berdoa sebelum melakukan hubungan seks dengan membaca,
yang ertinya, “Ya Allah, hindarkanlah kami dari syaitan dan hindarkan
pula syaitan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.” (hari
Bukhari dan Muslim).
Macam-Macam Jin
dalam konteks pembicaraan tentang jenis-jenis makhluk halus ini, ada beberapa riwayat yang menjelaskannya.
Rasulullah saw. bersabda, “Jin ada tiga macam. Ada yang memiliki sayap
terbang di udara, ada yang berupa ular dan anjing, serta ada juga yang
bermukim dan berpindah-pindah.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
As-Suyuthi dalam Al-Jami’ al-Shagir, demikian juga Al-Hakim. Kedua ulama
ini menilai bahwa riwayat di atas sahih. Namun, ulama lainnya menilai
bahwa kedua ulamat tersebut cenderung longgar dalam penilaian mereka.
Riwayat lain dari pakar hadis Ibnu Abi Addunya di dalam Makaaid
asy-Syaithan melalui Abu Darda .a., bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah
menciptakan jin tiga macam. Ada yang berupa ular, kalajengking dan
bermukim atau berpindah-pindah, dan ada juga jenis yang akan dimintai
pertanggungjawaban serta siksa. Allah menciptakan manusia tiga macam
pula, ada yang semacam binatang, “Allah berfirman, ‘Mereka mempunyai
kalbu, tetapi mereka tidak menggunakannya untuk mengetahui, mereka
mempunyai mata, tetapi tidak menggunakannya untuk melihat, mereka
mempunyai telinga tetapi tidak menggunakannya untuk mendengar; dan ada
juga yang jasmaninya, jasmani manusia, tetapi jiwanya jiwa syaitan, dan
ada lagi yang berada di bawah naungan Allah, pada hari tiada naungan
kecuali naungan-Nya (hari kiamat).”
Dalam rentetan perawi
hadis ini, terdapat orang-orang yang dinilai lemah, sehingga tidak
sedikit ulama yang menilai hadis ini lemah.
Abu Utsman Sa’id
bin Al-Abbas ar-Razi meriwayatkan dari Ibn Abbas, katanya, “Sesungguhnya
anjing merupakan jenis jin yang lemah, siapa yang didatangi oleh anjing
pada makanannya, segeralah makan makanan itu atau ditunda.”
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abdullah bin Mughaffal, Nabi saw.
bersabda, “Kalaulah anjing itu bukan suatu umat, niscaya aku perintahkan
kalian untuk membunuhnya. Maka, bunuh saja anjing yang hitam legam.”
At-Tirmizi meriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal denganlafal yang
lain, “Kalaulah anjing itu bukan suatu umat, niscaya aku perintahkan
kalian untuk membunuhnya. Maka, bunuhlah darinya yang hitam legam saja.”
Muslim meriwayatkan dengan redaksi, “Berhati-hatilah terhadap yang
hitam legam yang mempunyai dua titik (bintik), kerana sesungguhnya itu
syaitan.”
Rasulullah juga menambahkan, “Jalannya anjing yang
hitam dapat memutuskan salat.” Lalu, ditanya kepada beliau, “Bagaimana
dengan anjing berwarna merah, putih, selain warna hitam?” Beliau
menjawab, “Anjing hitam adalah syaitan.” (hari Ahmad).
Al-Qadhi Abu Ya’lah mengatakan, “Jika ada orang yang bertanya pengertian
ucapan Rasul bahwa anjing hitam adalah syaitan, padahal diketahui ia
lahir dari anjing itu sendiri, atau unta dikatakan sebagai jin, padahal
ia lahir dari unta juga, maka jawabannya, beliau mengatakan itu untuk
menyerupakannya dengan jin, kerana anjing hitam adalah anjing yang
paling berbahaya dan paling sedikit kegunaannya dibandingkan
anjing-anjing lain, sedangkan diserupakannya unta dengan jin kerana
sulit jangkauannya.”
Ath-Thabarani dan Abu asy-Syaikh dalam
kitab Al-Azhamah meriwayatkan sebuah hadis sahih dari Ibn Abbas, ia
berkata, Rasulullah bersabda, “Ular adalah perubahan bentuk jin,
sebagaimana perubahan kera dan bab.. dari Bani Israel.”
Ibn
Abi Syaibah meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah mengatakan,
“Hati-hatilah kalian berjalan di malam hari, kerana bumi tersembunyi di
malam hari; jika hantu menjelma di hadapan kalian hendaklah kalian
mengumandangkan azan.” (Lihat Jam’ul Jawami’ oleh As-Suyuthi)
Rujukan:
1. Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin as-Suyuthi
2. Yang Tersembunyi: Jin Iblis, Setan, & Malaikat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa kini, M.
Quraish Shihab
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar