Hidup yang Terang dan Menerangi

Hidup yang Terang dan Menerangi

By Supardi Lee

Kualitas Paling Layak bagi Setiap Manusia

Lingkupi diri dengan ketakutan, dan hidup lah dalam keamanan

Lingkupi diri dengan kekuatan, dan hiduplah dalam kebebasan

Lingkupi diri dengan cinta, dan hiduplah dalam kebaikan.

Lingkupi diri dengan cahaya, dan hiduplah dalam terang yang menerangi. 

Siapa tokoh yang anda jadi pengagumnya?  Siapapun beliau, saya yakin sosoknya adalah sosok luar biasa yang telah berhasil menjadi teladan bagi banyak sekali orang.  Sang tokoh ini, pastilah memberikan manfaat besar bagi hidup dan kehidupan banyak orang.  Baik ketika beliau masih hidup, ataupun ketika beliau telah tiada.  Jadilah ia manusia abadi dalam makna yang hakiki.

Bagaimana beliau-beliau itu melakukannya?

Maka tahapan kehidupan mereka sangat layak untuk kita amati, teliti dan teladani.  Pembelajaran saya tentang jalan kehidupan mereka menemukan empat tahap kehidupan.  Tahap pertama adalah hidup yang aman.  Tahap kedua adalah hidup yang bebas.  Tahap ketiga hidup yang baik.  Dan tahap keempat hidup yang terang dan menerangi.

Tahap pertama – hidup yang aman – adalah tahap paling rendah.  Di hidup ini, kita memang aman.  Aman secara finansial, fisik, sosial, emosional bahkan spiritual.  Aman secara finansial kita dapat dari pekerjaan atau bisnis yang bagus.  Pendapatan kita bagus bahkan terus meningkat.  Secara fisik kita sehat.  Terlindung dalam tempat tinggal yang baik.  Kalaupun sakit, kekuatan finansial kita bisa menanggulanginya.  Secara sosial, kita disenangi teman-teman, tetangga, rekan kerja / bisnis.  Siapapun yang mengenal kita akan menyebut kita sebagai orang baik.  Secara emosional, kita bisa mengendalikan emosi dengan baik.  Bila pun situasi membuat kita marah, maka ada orang yang bisa kita marahi dan tidak melawan.  Kekecewaan kita benar-benar diperhatikan orang lain.  Secara spiritual, kita beribadah dengan patuh.

Lalu apa ada yang salah dengan hidup yang aman seperti itu?  Bukankah itu keinginan banyak orang?  Tentu tidak salah.  Hanya tidak layak saja.  Kenapa?  Karena semua hal-hal yang mengamankan itu berasal dari ketakutan.  Kita mengamankan finansial, karena takut menderita.  Kita berolahraga karena takut sakit.  Kita baik pada lingkungan, karena takut dimusuhi dan seterusnya.  Maka sesuatu yang didapat berdasar ketakutan, kita pun akan terus dilanda ketakutan kehilangan hal-hal itu.  Maka jadilah kita manusia yang takut kehilangan harta.  Takut tua dan sakit.  Takut dimusuhi.  Takut gagal dan kecewa.  Takut dosa. Dan sebagainya.  Hal ini tidak salah.  Hanya tidak layak untuk manusia semulia kita.  Kita layak atas hidup yang lebih baik dari itu.

Nah, hidup yang lebih baik dari hidup aman adalah hidup bebas.  Bebas dari apa?  Bebas dari segala macam ketakutan.  Bebas dari semua belenggu material.  Apa hebatnya?  Hebatnya adalah anda bisa menikmati apapun yang ada pada anda.  Misalnya uang.  Bila anda punya uang, tapi takut hilang, maka anda tidak bisa benar-benar menikmati uang itu.  Uang yang anda takuti kehilangannya, justru akan memenjara anda.  Anda dilemahkan oleh ketakutan anda sendiri.   Dan ketika anda terlepas dari ketakutan itu, maka anda mengambil alih kekuatan dari ketakutan anda.  Maka jadilah anda pribadi yang kuat.  Kekuatan itu yang membuat anda dapat hidup dalam kebebasan.

Kebebasan itu sangat berharga.  Bangsa Indonesia rela mengorbankan harta, keluarga, tenaga, pikiran bahkan jiwa untuk kebebasan itu.  Karena perjuangan para pahlawan itu lah kita menjadi bangsa yang  merdeka.  Bebas dari penjajahan bangsa lain.  Kebebasan adalah prasyarat kemajuan.  Tak ada kemajuan tanpa kebebasan.  Demikian juga dengan kita secara personal.  Kemajuan dalam kualitas diri kita hanya bisa dimulai bila kita telah kuat dan bebas.  Kualitas yang dimaksud bukan kualitas hal-hal material.  Tapi  adalah kualitas jiwa.  Kualitas kesadaran kita.

Kekuatan menghasilkan kebebasan.  Tapi kebebasan pun bisa kebablasan.  Itu sebab kebebasan itu harus dibatasi.  Kebebasan yang tak terbatas hanya akan mengarah pada keburukan.  Apa batasnya?  Batasnya adalah kebaikan.  Dan sesungguhnya hanya dalam batas kebaikan lah kita bisa benar-benar hidup bebas.  Maka kebebasan yang dibatasi kebaikan akan menimbulkan cinta.  Cinta ini kekuatan yang mengarah hanya pada kebaikan.  Hidup kita menjadi hidup yang baik.  Hidup yang terlepas dari segala ketakutan.  Hidup yang tak terikat oleh materi.  Hidup yang bermanfaat bagi banyak orang.

Hidup baik penuh cinta adalah pintu gerbang bagi hidup yang terang dan menerangi.  Ketika hidup kita hanya untuk kebaikan, maka kita menjadi pribadi yang bercahaya.  Cahaya kita bukan hanya menerangi jalan kita, tapi juga menerangi dan menunjukkan jalan bagi sesama.  Kenapa?  Karena bila kita tak punya cahaya, kita tak bisa menerangi orang lain.  Bila cahaya yang kita miliki tidak terang, maka jalan kita pun remang-remang.  Karenanya kita butuh cahaya yang terang benderang. Cahaya yang menerangi hidup dan kehidupan banyak orang, bukan hanya ketika kita hidup, tapi juga ketika kita telah tiada.  Apakah cahaya itu?  Cahaya itu punya tiga nama.  Pertama,  kekuatan yang membebaskan.  Kedua, cinta yang membaikkan hidup kita.  Ketiga, solusi yang memperbaiki kehidupan.  Perkataan dan tindakan kita menjadi solusi bagi masalah-masalah banyak orang.

Maka jadilah kita pribadi yang sama dengan tokoh-tokoh yang kita kagumi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Sifat, Sikap dan Karakter

Meningkatnya Level of Consciousness atau Tingkat Kesadaran

Makna dan Hakikat "Hidayah-Taufiq"