Makna dan Hakikat "Hidayah-Taufiq"

Makna dan Hakikat "Hidayah-Taufiq" 

- Hidayah, sesuai asal katanya, berarti petunjuk
Taufik, persetujuan Allah atas apa yang kita putuskan/rencanakn sehingga ketika keputusan/rencana itu kita jalankan kita mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaannya, mendapatkan hasil yang bermanfaat, serta diberkahi oleh Allah karena perbuatan itu dianggap ibadah kita kepada Allah
Hidayah ialah Jalan lurus yang dapat mencapaikan seseorang pada tujuan kehidupan bahagia di akherat.

الهداية: هي إبانة الطريق الموصل إلى السعادة والكمال.

Aysiir at-Tafasiir Li Kalaam al’Aly II/263

الهداية هي الطريق المستقيم الموصل إلى الغاية وهو أقصر الطرق ، وغاية هذه الحياة هي أن تصل إلى نعيم الآخرة

Tafsiir as-Sya’raawy I/383

الهداية هى الدلالة على ما يوصل الى البغية لا الدلالة الموصلة اليها قطعا

Tafsiir al-Haqqy XVII/298


TAUFIQ
Taufiq adalah sesuatu yang diciptakan oleh Allah Ta’alaa yang mendorong dan mempermudah seseorang untuk melakukan ketaatan dalam beribadah

قال أصحابنا المتكلمون التوفيق خلق قدرة الطاعة والخذلان خلق قدرة المعصية

Syarh an-Nawaawy alaa Muslim I/173

والتوفيق لغة: جعل الأسباب موافقة للمسببات. وشرعاً خلق قدرة الطاعة في العبد، وقيل خلقها فيه بالفعل
Daliil al-Faalihiin V/138
وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ } والتوفيق: تسهيل سبيل الخير والطاعة

Tafsiir al-baghoowy IV/196

وَقَالَ غِذَاء : التَّوْفِيقُ مِنْ اللَّهِ خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ وَتَسْهِيلُ سَبِيلِ الْخَيْرِ , وَعَكْسُهُ الْخِذْلانُ .

Ghidza’ al-Baab II/370

Dengan demikian semua manusia yang menganut agama Islam artinya telah mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala (Jalan lurus yang dapat mencapaikan seseorang pada tujuan kehidupan bahagia di akherat) tetapi tidak semua dari mereka mendapat taufiq untuk mengerjakan amal shaleh.



“Hidayah” jika ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata Al-Haadiy, yang artinya petunjuk jalan, atau terjemahan bebasnya adalah petunjuk kepada jalan yang benar.
Hidayah, dalam arti petunjuk. Bisa dilihat pada tafsir Surah Al Fatihah : 6

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Ihdinash shiraathal mustaqiim”
Artinya: “Tunjukilah[1] kami jalan yang lurus,

[1] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufiq*.

 
Maka secara global hidayah dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1.Hidayatul ‘Amm dan
2.Hidayatul Mukhos-shoh
 
1. HIDAYATUL-'AMM ( HIDAYAH UMUM ) 
Hidayah ini diberikan Allah 'Azza wa Jalla kepada semua makhluqnya tanpa terkecuali. Kepada hewan, tumbuhan bintang, bulan dan semua makhluknya yang lain. Hidayatul ‘Amm, dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
1.Hidayatul Wijdan dan
2.Hidayatul Hawas wal Masya’ir


1.1 Hidayatul Wijdan
adalah suatu potensi naluri yang Allah SWT tanamkan pada manusia (makhluknya) sejak manusia dilahirkan. Hidayah ini bersifat bawaan (potensi naluria/insting).

Contoh:

- Allah SWT memberikan Hidayah kepada bayi yang baru lahir bahwa ia akan menangis jika lapar dan ketika disodorkan persusuan ibunya tanpa kita ajari sang bayi akan menyusu sendiri.

- Pada bintang-bintang Allah SWT memberi hidayah untuk melakukan perjalanan diatas manzilah-manzilahnya (orbitnya) sehingga kita dapati tata surya ini begitu harmonisnya beredar pada orbitnya masing-masing tidak terjadi tabrakan kecuali Allah memerintahkannya kelak.

- Pada pepohonan Allah SWT memberikan hidayah untuk tumbuh keatas mengikuti cahaya, pada air Allah SWT memberikan hidayah untuk mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

1.2 Hidayatul Hawas wal Masya’ir
adalah kemampuan inderawi seperti kemampuan merasakan manis, pahit, panas, dingin, terkena api itu terasa panas, es terasa dingin dll.
Hidayatul ‘Amm ini sering juga kita sebut dengan Sunnatullah.

2.HIDAYATUL MUKHOSH-SHOH ( HIDAYAH KHUSUS )

Hidayah ini tidak diberikan Allah kepada makhluk kecuali dari bangsa Jin dan Manusia. Karena Jin dan Manusia inilah yang diwajibkan beribadah kepada-Nya. Firman Allah Surah Adz Dzariyat: 56.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hidayah khusus ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :

1.Hidayatul Irsyady (atau Hidayatul ‘Aqly)
2.Hidayatud Dien
3.Hidayatut Taufiq

2.1 Hidayatul Irsyady (Hidayatul ‘Aqly)
yaitu kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami fenomena, memberikan persepsi, memberikan makna pada realita yang tertangkap oleh indera. 
(QS. Yunus:100-101)  
Artinya :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Kemudian surah Al Mulk ayat 22 – 23, Al Ankabut ayat 20, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang hidayah atau petunjuk Allah yang dikaruniakan melalui akal manusia.

2.2 Hidayatud Dien
yaitu berupa petunjuk2 ajaran agama, fungsinya untuk membantu keterbatasan akal. Agama berfungsi memberikan arahan-arahan yang mampu melampaui keterbatasan akal manusia (QS. Al-Lail, :12).
"Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk",
Hidayah Ad Dien atau agama ini termaktub dalam kitab Suci Al Qur’an dan Sunnah Rasuulullah SAW. Hidayah agama ini dapat dipelajari oleh siapapun, baik muslim maupun non muslim melalui proses belajar atau kajian melalui akal dan alat indera yang telah dikaruniakan Allah SWT. Allah SWT akan memberikan hidayah kepada semua manusia yang mau mempelajari ajaran-ajaran-Nya yang termaktub dalam kitab suci-Nya. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa saya belum mendapat hidayah, padahal Allah SWT telah menyediakan hidayah itu dalam kitab suci-Nya.

2.3 Hidayatut Taufiq
yaitu suatu kekuatan yang Allah SWT karuniakan pada manusia untuk mengamalkan dengan sungguh-sungguh apa yang telah diketahuinya. Dengan kata lain, hidayah taufiq adalah hidayah Irsyady dan hidayah ad Dien yang kita amalkan.
UPAYA MERAIH HIDAYAH TAUFIQ
Hidayah Irsyady dan Hidayah Ad Diin bisa diraih melalui proses mengasah otak atau belajar. Lalu bagaimana upaya kita untuk meraih hidayah taufiq?

1.Berdoa dengan sungguh-sungguh
"Janganlah kalian menjadi lemah dalam berdoa. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang celaka selagi ia masih berdoa" (HR Hakim)

2.Riyadhah Ruhiyah atau Tazkiyatun Nufus, pembersihan jiwa
yaitu melatih hati atau jiwa untuk senantiasa bersih dari apapun kecuali Allah semata (Lillah – Billah). Bentuk latihan pembersihan jiwa ini bisa dengan melaksanakan puasa-puasa sunnah, membaca, memahami makna Al Qur’an dan berusaha sekuat tenaga mengamalkannya, qiyamul lail, wirid/dzikir kalimah Laa ilaaha illallah atau Asma-asma Allah, memperbanyak Sholawat dan sebagainya sehingga hati menjadi taqarrub (dekat) kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy Syams: 9-10)
3.Memakmurkan Masjid atau Musholla
Sebab, orang yang memakmurkan masjid atau musholla, dan siapa yang berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi.

4.Memilih lingkungan atau pergaulan yang baik dan tepat.
Teman yang baik adalah teman yang selalu mengingatkan kita kepada kebenaran, mengajak yang ma’ruf dan menjahui yang munkar. Dan hati yang baik adalah hati yang mampu beradaptasi dengan situasi apapun, yaitu hati yang senantiasa thawaf ke hadirat Allah SWT. Oleh karena itu segeralah melatih hati kita untuk berkumpul dengan orang-orang baik, pergaulan yang baik dan media yang baik. Sebab untuk menjadi jelek itu lebih gampang dari pada menjadi baik. Sesuai kata pepatah; sebab nila setitik rusak susu sebelanga.

Hal-hal yang akan menghalangi Taufiq
Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah berkata, “Enam hal yang menyebabkan seseorang terhalang untuk mendapatkan taufiq dari Allah, yaitu:
1  Mereka sibuk dengan kenikmatan, tetapi lalai untuk mensyukurinya
2  Mereka cinta kepada ilmu, tetapi tidak mengamalkannya
3  Mereka bersegera berbuat dosa, tetapi menunda-nunda taubat
4  Berteman dengan orang-orang shalih, tetapi tidak mau meneladani perbuatan mereka
5  Mereka tahu bahwa dunia berpaling menjauhi mereka, tetapi mereka berusaha mengejarnya
6  Mereka tahu akhirat mendatangi mereka, tetapi mereka justru berpaling menjauhinya
*dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Sifat, Sikap dan Karakter

Meningkatnya Level of Consciousness atau Tingkat Kesadaran